Sabtu, 25 April 2015
Pribadi To Do, To Have, atau To Be?
Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Tapi, ternyata tidak produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari perusahaan. Ia mau membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia mempromosikan bisnisnya. Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah sebagai orang sibuk.
Tapi, dua tahun berlalu, tapi bisnisnya belum menghasilkan apa-apa. Tentu, kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan marketing pernah berujar, “Banyak orang mengatakan berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah bisnis.” Marilah kita menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja giat, tapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?
Fase kedua, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Tapi, ada bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan. Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.
Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-sentra perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk mengkonsumsi banyak barang.
Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual.
Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.
Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang memburuk. “Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang kesepian batin saya…,” katanya.
Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.
Fase ketiga, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang semakin baik. Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.
Memaknai hidup
Ia memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati pilihannya itu.
Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.
Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant mengatakan “Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?”
Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini. Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi kaum papa India.
Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!
Thomas Alva Edison
Thomas Alva Edison
PROFIL BERITA FOTO
Nama Lengkap : Thomas Alva Edison
Profesi : -
Tempat Lahir : Milan, Ohio
Tanggal Lahir : Kamis, 11 Februari 1847
Zodiac : Aquarius
BIOGRAFI
Thomas Alva Edison lahir di Milan, Ohio, pada 11 Februari 1847. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai seorang pengusaha sukses dan juga penemu berbagai benda penting dalam sejarah umat manusia. Ia juga merupakan orang pertama yang menerapkan prinsip produksi massal pada proses penemuannya.
Thomas kecil diajak pindah keluarganya ke Port Huron, Michigan. Bukannya menjadi anak yang berprestasi, Thomas malah dikeluarkan dari sekolahnya. Gurunya mengeluh karena ia selalu mendapat nilai yang rendah. Hingga akhirnya ibunda Thomas, Nancy Matthews Elliott (1810-1871) memutuskan untuk mengajar sendiri anaknya. Kebetulan, Nancy juga seorang guru.
Lepas dari sekolah umum membuat Thomas kecil lebih banyak berkreasi. Ia suka membedah hewan karena rasa ingin tahunya yang sangat besar. Di usia 11 tahun saja Thomas sudah membangun laboratorium kimia sederhana di ruang bawah tanah. Setahun kemudian ia berhasil membuat telegraf dengan model primitif.
Percobaan demi percobaan dilakoninya dengan usaha keras dan kesabaran tinggi. Tak sedikit juga butuh biaya yang cukup besar - setidaknya untuk ukuran anak remaja pada masa itu. Namun semua itu bukan penghalang. Thomas lantas bekerja sebagai loper koran dan permen di atas kereta api jurusan kota Port Huron dan Detroit. Ia juga membangun sebuah laboratorium kecil di salah satu gerbong kereta api agar bisa terus melakukan berbagai eksperimen atau hanya sekedar membaca literatur. Tentu saja ia melakukannya atas ijin pihak perusahaan kereta api, Grand Trunk Railway.
Pada tahun 1861, pecahlah perang saudara antar negara bagian utara dan selatan. Thomas lalu memiliki ide untuk menerbitkan koran pertama di atas kereta api yang berguna untuk memenuhi kebutuhan orang akan informasi. Ia membeli sebuah alat cetak tua seharga US$12, dan membuat koran sendiri bernama Weekly Herald. Korannya laku, ia pun mengantongi US$400 dalam sehari.
Tujuh tahun berlalu, Thomas yang hampir tuli akibat kecelakaan mendapat pekerjaan sebagai operator telegraf di Boston. Sebagian waktunya masih dihabiskan untuk melakukan berbagai penelitian. Tahun 1868, ia menemukan sistem interkom elektrik yang kemudian didaftarkan untuk mendapat hak paten pertamanya. Sayang, alat itu tidak laku dijual.
Dari sini Thomas pun belajar untuk membuat penemuan komersial. Ia mengembangkan stock ticker dan menghasilkan US$40.000. Uang ini lalu digunakan untuk membangun perusahaan dan laboratorium di Menlo Park, New Jersey. Di sinilah sumber berbagai penemuan Thomas dilahirkan, termasuk phonograph di tahun 1877.
Melihat perkembangan dunia yang semakin maju, Thomas sadar akan pentingnya lampu pijar untuk kebutuhan manusia. Ia pun rela mengeluarkan uang sebesar US$40.000 untuk membuat percobaan lampu pijar selama dua tahun. Total ada sekitar 6000 bahan yang dihabiskan, sebelum akhirnya menemukan lampu pijar listri pertama yang mampu menyala 40 jam pada 21 Oktober 1879. Bukan cuma itu, Thomas juga menemukan proyektor untuk film-film kecil. Tahun 1882, untuk pertama kalinya Thomas memasang lampu listrik di jalan dan rumah-rumah sejauh satu kilometer di New York. Dunia menjadi lebih terang berkat Thomas.
Dalam kehidupan pribadinya, Thomas pernah dua kali menikah. Pertama pada tahun 1871 dengan seorang wanita bernama Mary Stilwell dan berakhir pada 1884, dan yang kedua bersama Mina Miller mulai 1886 hinga akhir hidupnya. Pendiri perusahaan General Electric tahun 1890 ini pun dikaruniai 6 anak yakni Marion Estelle Edison (1873-1965), Thomas Alva Edison Jr. (1876-1935), William Leslie Edison (1878-1937), Madeleine Edison (1888-1979), Charles Edison (1890-1969), dan Theodore Miller Edison (1898-1992).
Melewati tahun 1920-an, kondisi kesehatan Thomas semakin memburuk. Ia tutup usia pada 18 Oktober 1931 pada umur 84 tahun. Namanya terus dikenang sebagai penemu paling produktif di masanya. Ada 1.093 hak paten atas namanya. Ia juga dikenal sebagai orang yang berjasa di bidang pertahanan pemerintahan Amerika setelah meneliti berbagai hal seperti mendeteksi pesawat terbang, menghancurkan periskop dengan senjata mesin, mendeteksi kapal selam, menghentikan torpedo dengan jaring, menaikkan kekuatan torpedo, kapal kamuflase, dan banyak lainnya.

Senin, 06 April 2015
Rappocini merindu
Untukmu yang bertahta di hatiku.
RAPPOCINI MERINDU
Di sudut sepi ini
di tangga usang
menanti hari
berhembus sepoi angin malam
dingin,,
Memukul sukma
hingga terpilin.
Seirama hasrat yang
damba akan yakin
Kau jau,,
Samar-samar
wajahmu terngiang
tapi,,
Seakan alih kendali
kau yang pegang
karena di setiaptatapku kau membayang
Dewi asmara merajai hati
kadang menyiksa
kadang memberiketenangan
Kkadang putus harap
dan angin malam yang indah
untuk mereka tapi kaku
untukku berkecamukrasa tak tentu
Seiring suara malam
yang hilang diterpa waktu.
Kau jauh samar-samar di Rappocini aku merindu
BY: ADM
16 FEB 2015
untukmu ,trimah kasih puisinya. 221115
h

Langganan:
Postingan (Atom)